Puasa itu perisai, maka janganlah berkata keji dan jahil, dan jika ada seseorang yang menyerangnya dan mencacinya hendaklah ia berkata "sesungguhnya aku sedang berpuasa"
Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamannya bau mulutnya orang yang berpuasa lebih baik disisi Allah daripada wangi kasturi, ia meninggalkan makanannya, minumannya, serta syahwatnya demi diri-Ku,
(maka) puasa adalah untukKu dan Aku yang akan membalasnya, dan kebaikan dilipat gandakan sepuluh kali dari semisalnya. (HR.Bukhari)
Jumat, 26 Juli 2013
Kamis, 28 Maret 2013
Senin, 11 Maret 2013
Allah adalah penciptaku
Allah adalah penciptaku. Hujamkan kalimat itu dalam hati.
Jangan pernah mengganti jawaban itu, walau maut yang menyuruh. Tidak boleh
menggantinya walu sebilah pedang siap mengiris urat nadi. Sungguh sang muslim
demoliser (pendobrak peradaban kelam) sejati, Bilal Bin Rabbah r.a begitu elok
member contoh. Walau ditindis batu hitam, panas, nan berat lisannya tetap
berucap ahad, ahad, ahad.
Minggu, 10 Maret 2013
UMMU SULAIM, SANG BUNGA SURGA
UMMU SULAIM, SANG BUNGA
SURGA
Seorang wanita dambaan member pelajaran. Nyaris sempurnah
sosok wanita ini, wajahnya rupawan begitu menawan, keturunan bangsawan pula.
Para lelaki kala itupun banyak yang cintanya tertawan, namun tak seorangpun
berani memetik hatinya. Cinta memang penuh misteri, mampu membuat tunduk
orang-orang pilihan sekalipun.
Ummu Sulaim laksana sekuntum bunga syurga, semerbaknya
mewangi kemana-mana. Hingga suatu saat semerbak itu tercium oleh Abu Thalhah, seorang
lelaki yang masih berlumur lumpur kemusyrikan, ah begitu berani ia.
Keterpesonaannya pada Ummu Sulaim, memberanikan ia melangkahkan kaki untuk
melamar Sang bunga surga itu. Ingin sekali aku berucap, “Wahai Abu Thalhah,
sungguh tak pantak engkau dekati wanita mulia itu.” Namun dari sinilah dakwa
tauhid itu bermula.
Abu Thalhah datang dengan ditemani mahar yang begitu mahal.
Berharap mampu luluhkan hati Sang bunga Surga, Ummu Sulaim. Abu Thalhah memang
berani namun kekufurannya telah menjadi tabir. Menghalanginya mendapat sinaran
cinta Ummu Sulaim.
“Tidak .”
Begitu jawab
Ummu Sulaim,
“saya tidak
layak menikah dengan seorang musyrik, ketahuilah ya Abu Thalhah selama ini
sesembahanmu adalah patung yang dipahat oleh si fulan dan jika engkau
membakarnya dengan api maka niscaya akan hangus menjadi abu.”
Sesak nafas
Abu Thalhah. Bibirnya pucak tak mengeluarkan satu katapun, matanya hanya
menerawang kosong. Tuhan kayunya dicela, keperkasaan palsunya dilecehkan,
keperkasaan durhaka saat seorang hamba bisa membakar Tuhannya kapanpun ia mau.
Ternyata mahar mahalnya, tak mampu cairkan hati Ummu Sulaim. Abu Thalhah terpana,
akalnya bekerja mencerna perkataan Ummu Sulaim. Belum lagi semuanya usai, Ummu
Sulaim kembali bersilat lidah.
“Tidak
thukah anda hai Abu Thalhah, patung yang anda sembah itu terbuat dari kayu yang
tumbuh di bumi ?
Apakah anda
tidak malu menyentuh kayu menjadi Tuhan, sementara potonan yang lain anda
jadikan kayu bakar untuk memasak ?”
Kata-kata
itu mengalir deras dari sepasang bibir Ummu Sulaim.
“Cukup Ummu,
Cukup.”
Muka Abu
Thalhah memerah padam tanda malu yang tak teredam.
Sungguh luar biasa Ummu Sulaim,
masih ada asa cinta dihatinya, walau untuk orang musyrik sekalipun. Dengarlah
kalimat harapan dari seorang muslimah sejati kepada seorang musyrik.
“Jika anda
masuk Islam hai Abu Thalhah, saya rela kamu menjadi suamiku, saya tidak akan
meminta mahar darimu selain itu.”
Begitu kata
Ummu Sulaim
Inilah
dakwah tauhid dengan logika. Tak perlu menggunakan ayat Qur’an, untuk mendobrak
kekufuran. Hanya perlu sedikit logika sederhana yang masuk akal.
Sabtu, 09 Maret 2013
BIDADARI TERAKHIR
TULISAN INI MENJADI TULISAN TERAKHIR
YANG DITINGGALKAN DAN MENJADI KENANGAN BAGI YANG MENCINTAI DAN MENGENANGNYA
SEBAGAI BIDADARI TERAKHIR
" Karena sekeras apapun aku
berpikir tentangmu-hanya ada satu hal yang bisa kupahami bahwa kaulah hal
terindah yang pernah kumiliki dalam hidup ini" agnesdavonar
diangkat dari sebuah kisah nyata
cinta seorang pria dengan PSK
(info : penulis diminta sendiri loh
sama narasumber, jadi kalau di kaskus ada yang sama kisahnya ya karena
sumbernya sama :) tapi untuk kepentingan naskah agar mudah dicerna penulis
mengubah sedikit saja , selama membaca...)
Malam itu, seharusnya bukan jadi
malam milik gua. Malam yang sesungguhnya bukanlah yang gua harapkan. Adit,
temen kecil gua. Entah harus bagaimana gua mengatakan? Tiba-tiba ketika habis
pulang dari hang out di kafe, mengarahkan motornya ke sebuah tempat yang
mungkin baru dalam hidup gua. Tempat pelacuran, ya.. semua juga tau kalau
daerah yang sedang gua injakkan kaki ini adalah daerah protistusi. Gua sempat
protes sama Adit, kenapa tiba-tiba ngajak gua ke tempat kayak ginian. Umur gua
kan masih 17 tahun dan baru aja dapat ktp resmi seumur-umur hidup gua.
Gua gak bisa ngelarang teman gua
untuk menyalurkan apa yang dia inginkan walaupun harus dengan cara seperti ini.
yang terbaik buat gua adalah tidak ikut dalam permainan dia. Akhirnya kita
berdua memarkirkan motor di sebuah rumah. Banyak cewek-cewek cantik yang
berdiri sambil menggoda. Adit masuk, dan gua memutuskan untuk tunggu di luar.
Sesekali dia nanya ke gua,
“ yakin loe gak mau coba? Gua
bayarin deh!”
“ ogah, gua masih tahan iman, loe
aja sana! Jangan pakai lama! Entar kalau digrebek polisi, disangka gua lagi
yang mau!”
“ iya-iya, anteng aja loe disana.. “
Dengan wajah cemburut dan tatapan
beberapa perempuan gua seperti orang bego yang nunggu diluar sambil megangan
helm gua. Adit uda memilih cewek yang harus jadi teman dia malam itu. Gua
menunggu di luar dan tiba-tiba salah satu cewek di dalam rumah itu keluar
sambil menghisap rokok. Dia ngeliat gua, lalu menawarkan rokok kepada gua.
“ Enggak makasih, gua gak
ngerokok “ kata gua menolak dengna harus.
“ Hah, jaman gini masih ada yang gak
ngerokok.. aneh..” Tanya cewek itu dan gua hanya senyum-senyum.
Dia duduk disebelah gua, menatap
mata gua dengan tajam sambil sesekali membuang asap rokok ke langit-langit
atap.
“ Kok nunggu disini, ga ikutan aja
sama temen kamu!”
“ Enggak , biarian aja si adit yang
pengen,.. Cuma nemenin aja”
“ uda, loe sama gua aja mau? “
Gua memandang cewek disamping gua,
sejujurnya dia cewek yang cantik, putih dan idaman gua. Tapi ketika dia
menawarkan dirinya ke gua, tiba-tiba gua jadi ilfell. Kenapa cewek secantik ini
harus menjadi seorang pelacur, dunia ini memang gak adil.
“ enggak mbak ,makasih”
“ uda maulah, gua kasih diskon.. “
tawar dia lagi.
“ beneran mbak, saya gak mau..”
tolak gua dengan halus.
“ apes deh gua, daritadi gak ada
yang mau ama gua..”
“ loh mbak kan cantik, kok ga ada
yang mau..!”
“ ya nasib lah, namanya juga jualan,
kadang laku, kadang kagak, malah gua lagi ada masalah lagi,,.”
Entah mengapa gua jadi merasa ingin
tau masalah dia.
“ masalah apa mbak?” Tanya gua
“ umur loe berapa?” Tanya dia ke gua
“ masuk 17 tahun ini,., “
“ yailah, masih brondong, masih
belum tau namanya dunia dewasa..” ledek dia.
“ kata siapa.. setiap orang punya
masalah, gak mandang gede atau kecil umurnya..”
Dia melihat gua, mungkin dia merasa
gua pinter merangkai kata-kata.
“kayanya loe bukan cowok brengsek
ya.. beda sama cowok-cowok yang suka kesini Cuma pengen cari cewek buat
kesenangan sesaat’
Gua tersenyum manyum dipuji dia.
“ Hehe, ga semua cowok brengsek kok
mbak..
“ mungkin aja… hm.. gua lagi
butuh duit..” kata dia tiba-tiba.
Dalam hati gua, mungkin ini masalah
klasik. Kalau ga butuh duit, buat apa dia kerja sebagai pelacur.
“ Maaf kalau boleh tau, duit buat
apa ya?”
“ nasib jadi orang miskin, selalu
kena masalah, nyokap gua tiba-tiba ada benjolan di perut, kemarin sempat
dibawah ke puskemas, kata dokter sih tumor ringan. Mesti cepat-cepat di
operasi kata dokter, tapi ya tau sendiri Negara kita, apa-apa butuh duit.
Ujung-ujungnya duit buat operasi. Makanya gua lagi sial, semingguan ini jarang
dapat pelanggan. Apes..”
Entah mengapa, gua merasa, ada
kejujuran dari apa yang cewek ini ngomongin. Dia gak seperti lagi sandiwara.
“ namanya mbak siapa?”
“ panggil gua Eva aja! Loe?”
“ Gua, Rasya.. “
Tiba-tiba kita terdiam, melihat
wajahnya yang tampak sedih sehabis cerita kehidupan dia, gua merasa iba dan
menawarkan dia setulus hati.
“ kalau eva emang butuh duit, gua
ada, tapi gak banyak, kali-kali aja bisa bantuin nutupin kekurangan.”
Dia ngeliat gua.
“ loe kan masih 17tahun, mau dapat
duit dari mana 1,5 juta kekurangang gue..”
“ oo, jadi kurangnya 1,5juta. Tenang
aja Va, gua ada kok kalau segitu, tapi kalau sekarang.. gua ga bawa duitnya..
kalau besok gimana?”
Dia tertawa kecil.
“ gua sih uda biasa digombalin sama
pelanggan. Tapi kalau digombalin berondong sih baru kali ini..” ledek dia.
“ sumpah gua ga bohong, gini aja,
nomor hendphone loe berapa? Nanti besok gua telepon dan kasih duitnya, tapi
jangan disini ya.. soalnya gua ga nyaman..”
“ terserah mau dimana, neh nomor
gue..” kata dia sambil ngasih kertas dengan angka nomor telepon dia.
" inget loe, gua ini bukan
orang baik. "
" gua juga bukan orang baik.
tapi juga bukan orang jahat, gua dan loe hanya terlahir di dunia yang keduanya
gak bisa kita hindari.."
Tiba-tiba adit selesai, dan dia
langsung menuju gua. Sebelum adit ngajak gua pergi, gua pamitan sama eva. Dia
tersenyum. Dari wajahnya gua tau, dia pasti berharap banget apa yang gua
katakan ke dia itu benar. Walau sebenarnya gua sendiri ga punya duit sebanyak
yang dia mau. Duit yang gua punya Cuma ada 900 ribu dan masih kurang 600
ribu buat ngasih ke eva. Akhirnya gua mesti nunggu seminggu hingga terkumpul
1,5 juta. Bermodalkan duit yang sesungguhnya hasil uang jajan gua. Akhirnya gua
nelepon dia. Sebelum memastikan apa eva benar-benar sungguh-sungguh atau
bohong, gua sempet survey ke psk sekitar tempat kerja eva dan hasilnya positif
dia ga bohong makanya gua usahain duit terkumpul cepat.
Eva terkejut ketika gua nelepon dia,
gua meminta janjian ketemu sama dia di kafe yang telah gua tentukan.
Seumur-umur dalam hidup gua, baru kali ini gua beramal cukup besar untuk orang
lain. Gua masukan duit itu dalam tas gua. Mungkin bonyok gua akan marah besar
kalau tau duit jajan gua habis untuk dia. Tapi gua cukup beruntung terlahir
dari keluarga yang mampu, jadi gua yakin. Bonyok gak akan tega biarin gua hidup
tanpa duit sedikitpun andai gua bilang, gua butuh duit.
***
Eva muncul dengan pakaian yang lebih
tertutup kebanding pertama kali gua lihat. Kita makan dan sesekali gua jelaskan
kenapa gua baru hubungi dia dengan alasan sibuk ujian, padahal sesungguhya
sibuk nabung untuk bantu dia. Eva mungkin gak pernah kepikiran kalau gua ngajak
dia ketemu untuk bantu keuangan dia, dia lebih berpikir kalau gua ini ketemu
dia sebagai seseorang yang membutuhkan dia seperti laki-laki lainnya.
Kita sempat jalan-jalan sebentar
sampai akhirnya motor gua membawa dia ke pantai. Kebetulan mal di kota gua
selalu dekat dengan pantai. Gua duduk disamping dia. Dia langsung menyodorkan
pertanyaan.
“ sebenarnya , loe manggil gua untuk
make gua? Atau temenin loe jalan sih?”
“ coba tebak?” Tanya gua.
“ dua-duanya juga ga masalah, gua
uda lama gak jalan sama cowok. Terakhir pacaran juga apes. Dari sekian cowok
yang nembak gua, Cuma dia yang gua terima. Ujung-ujungnya cowok emang brengsek.
Cuma mau tidur sama gue.. makanya sejak sekarang gua mati rasa sama yang
namanya cinta.. !”
“ loh kayaknya loe dendam banget ya
sama cowok. Maaf loh kalau lancang, Cuma ngerasa gitu”
“ ngapain minta maaf, emang nasib
gua kok. Terlahir sebagai cewek hina, miskin, keluarga berantakan. Lonte..”
tiba-tiba eva nangis dengan kalimat terakhir itu.
“ loe nangis..” Tanya gua jadi ikut
sedih.
“ lonte.. gua uda sering denger
kalimat itu dari mulut orang lain buat gua, rasanya nyakitin banget. Asal
loe tau , kalau aja dunia ini lebih indah dari yang gua mau. Gua juga gak mau
jadi lonte.. siapa sih di dunia ini yang mau jadi pelacur, lonte. Ini
karena terpaksa. Masih ada adik sama keluarga yang butuh gua untuk bertahan
hidup..”
“ eva.. jangan nangis dong. Tujuan
gua kesini, Cuma pengen ngasih ini..” kata gua sambil ngasih duit ke dia.
“ gua emang masih berondong seperti
yang loe bilang, tapi gua juga punya hati. Walau hidup gua cukup, tapi gua
mengerti perasaan loe.. mungkin Tuhan Cuma lagi kasih ujian buat hidup loe.
Kalau pun itu berat saat ini, gua harap bantuan dari gua, bisa bantu
meringankan beban loe..”
“ loe.. kenapa sih mau bantu gua..
kan gua ini bukan siapa-siapa loe, bukan temen loe. Bahkan bukan orang
yang pantes kenal sama loe..” kata dia sambil menangis.
“ gua juga gak tau. Yang jelas, kita
uda ditakdirkan buat jadi orang yang mengenal.. gua senang kok kenal sama loe.
Sekarang pakai duit ini buat operasi nyokap loe ya,. Biar cepat sembuh dan loe
bisa kerja yang lain.. bukan seperti sekarang..”
Dia terdiam sambil merenung.
“ kalau pun gua gak kerja kayak
gini, gua juga uda pasti gak ada yang mau. Palingan laki-laki berengsek yang
mau sama gua..”
“ kata siapa gak ada yang mau..”
“ ya kata gua lah.. mana ada sih
yang mau sama bekas pelacur!! Bekas lonte…”
“ gua mau..”
Eva terdiam mendengar kalimat gua.
“ umur loe masih muda, belum tau
yang namanya cinta. Ya sudah, terima kasih buat bantuan loe. Kelak kalau
gua ada duit. Gua akan balikin duit ini.. sekali lagi, terimakasih”
“ sama-sama eva..”
Selang beberapa hari, eva sempat sms
dan memberi kabar ke gua kalau nyokapnya sukses dengan operasi dia. Kita jadi
rutin saling sms dan telepon hingga akhirnya dia ngundang gua ke rumah dia
untuk bertemu nyokap dia. Gua menerima tawaran dia sekaligus ingin tau apakah
benar kalau nyokap dia habis dioperasi. Ketika gua sampai kerumah, nyokapnya
berlinang air mata ngucapin terima kasih, gua bersyukur ternyata eva jujur apa
adanya. Dan yang paling gua senang, dia bilang ke gua, kalau dia lagi cari
kerjaan buat hidup sebagai orang bersih.
Saat itu, tanpa sepengetahuan eva.
Bokap tirinya tiba-tiba minjem duit ke gua, dia bilang buat bayar utang. Karena
gua gak enak nolak, akhirnya gua kasih duit ke bokapnya tanpa sepentahuan eva.
Gua juga sering bantuin ngaterin eva untuk cari kerjaan yang baik. Sampai
akhinya dia dapat kerjaan sementara. Selama ini, keluarga dia gak tau kalau eva
kerja sebagai pelacur, eva berusaha nutupi dan akhirnya lembaran gelap itu
terkubur dengan sendirinya.
Tanpa kita sadari, gua dan eva
samakin dekat. Setelah pendekatan itu, akhirnya kita menjadi sepasang kekasih.
Mungkin cinta itu memang buta ya, baru kali ini gua merasakan cinta yang begitu
dalam dari seorang perempuan di usia gua yang masih muda. Ketika dulu gua punya
cinta monyet. Gua gak pernah ngerasa sebahagia ini selain bersama eva.
Walaupun dia punya masa lalu kelam, cinta berhasil membuat gua menghapus
semua pandangan buruk itu. Seminggu setelah jadian, dengang uang jajan yang gua
kumpulin, gua membeli cincin yang sama untuk kita pakai sebagai lambang cinta.
Buat eva mungkin ini aneh, tapi dia sadar, gua masih berondong dan pasti gaya
pacarannya juga kayak sinetron di tv jadi dia maklumin.
Tapi sepanjang waktu kami pacaran,
gua merasa eva semakin hari semakin kurus dan tubuhnya jadi lemes gitu, ketika
gua Tanya ke dia, dia Cuma bilang kalau dia mungkin kecapean. Tapi sebenarnya
ada hal yang gua takutkan dengan kondisi dia. Gua masih ingat, untuk memastikan
kalau eva ga bohong pas bilang butuh duit, gua sempat kembali ke tempat
pelacuran dia kerja, dan iseng-iseng gua ngobrol sama cewek disana tentang dia.
“ loe siapanya eva?”
“ temen aja mbak, kalau boleh tau,
dia kan cantik, kok bisa ga ada pelanggan sih?”
“ nasib mas, eva kena penyakit
sifilis( penyakit kelamin). Kayaknya banyak pelanggan yang uda tau dia itu kena
penyakit gituan, makanya ga ada yang mau sama dia! Disini kan pesaingan ketat,
ada yang bocorin gitu, makanya kasihan dia..”
“ kenapa ga berobat aja dia..?”
“ maunya sih gitu! Tapi nyokapnya
kan sakit, jadi dia mati-matian cari duit buat nyokap dia dulu, baru nanti
mikirin sembuhin penyakit dia.. “
“ kasihan ya..”
“ iya mas, susah hidup sekarang.
Saya yang dulu anterin dia ke dokter aja jadi sedih kalau bayangin hidup dia..”
Dari apa yang teman dia bilang, gua
jadi yakin kalau eva jadi kurus ini pasti karena penyakit dia dulu. Walau dia
ga pernah mau cerita ke gua, mungkin karena dia takut. Kalau dia penyakitan
maka gua akan ninggalin dia. Padahal gua gak pernah peduli dengan sakitnya dia.
Sakit eva makin buruk sampai akhirnya dia ga kerja. Gua akhirnya nyamperin ke
rumah, dan dia ga bisa bangun karena tiba-tiba tubuhnya jadi kayak lumpuh gitu.
Saat itu juga gua putuskan untuk
bawa dia ke rumah sakit, dia sempat menolak.
“ Rasya, rumah sakit itu mahal,
orang miskin kayak gua kalau sakit itu ga ada keadilan, jadi biarin aja gua
minum obat biasa, nanti juga sembuh”
“ loe itu uda gak bisa bangun. Gak
usah pikirin duit. Gua ada tabungan, yang penting sekarang kita ke rumah
sakit.”
Dengan penuh kesedihan, akhirnya eva
gak bisa nolak kemauan gua. Gua menggendong dia sampai ke rumah sakit, dia
dirawat dan dokter mengatakan ke gua dengan berat hati kalau eva sudah kenapa
sifilis akut dan seluruh tubuhnya uda terkontiminasi sama sel-sel neurosifilis
yang kemungkinan sembuhnya kecil. Dengan penuh air mata gua memohon kepada
dokter untuk sembuhin dia. Gua dan nyokap serta adiknya saling bergantian jaga
dia. Saat itu lagi ujian akhir kelulusan sekolah, gua harus bertahan dalam dua
hal. Konsetrasi ke ujian dan konsetrasi ke eva.
Mungkin kedua cobaan itu berat tapi
akhirnya gua berhasil mengerjakan semua ujian yang datang silih berganti
bersamaan dengan waktu gua menjaga eva. Eva semakin kritis. Dia gak banyak
bicara lagi seperti sebelumnya. Sepertinya dia tau, hidup dia tidak akan lama
lagi. Dia nyerahin sebuah diary ke gua. Dimana disana dia bilang hanya
boleh dibaca setelah tiba saatnya nanti.
“ jangan dibuka ya sampai nanti
kalau gua uda ga bisa bangun lagi..”
“ kok loe ngomong gitu..”
“ Sya, mungkin.. selama ini gua gak
pernah jujur tentang panyakit gua, tapi gua Cuma ga mau kalau loe tau gua punya
penyakit ini, loe ninggalin gua. Ternyata gua salah, loe benar-benar hadiah
paling indah dalam hidup ini yang dikasih Tuhan buat gua. Gua pikir.. Tuhan gak
akan pernah ngasih kebahagiaan buat gua karena memang gua ga pantes. Ternyata
gua salah, Tuhan itu adil. Dan keadilan itu dia tunjukkan lewat loe..”
“ jangan ngomong gitu eva.. gua yang
harusnya bersyukur punya pacar seperti loe dalam hidup gua, loe benar-benar
anugrah..loe harus kuat ya, kita sama-sama berjuang untuk kebahagiaan kita..”
Eva hanya menangis mendengar gua
bicara begitu. Gua pun menangis. Entah mengapa, gua seperti merasa ini adalah
ujung dari akhir kisah kami.
“ sya, gua mau minta tolong satu hal
lagi sama loe. .boleh?”
“ ngomong aja eva, kita kan pacaran,
terbuka aja..”
“ gua gak punya apa-apa untuk ngasih
loe sebagai balasan atas kebaikan loe, tapi gua Cuma punya ini.. bisa loe ambil
kalung ini dari leher gua, soalnya.. tangan gua uda gak bisa bergerak lagi..”
“ kenapa bicara begitu.?”
“plz.. ambill” dengan berat hati gua
melepas kalung itu dan mengambilnya.
“ disimpan ya.. sama buku harian
yang gua tulis itu..”
“ iya eva.. tadi kamu bilang mau
minta tolong, kenapa gak dilanjutkan?”
“ kalau gua mati, tolong jangan
kubur gua di sini, gua mau dikubur di tanah kelahiran gua.. bisa..”
Mendengar kalimat itu dari mulut
dia. Hati gua hancur. Gua gak tau harus bagaiman mengungkapkan kata-kata yang
pantas untuk membuat gua bangkit dan percaya kalau dia akan sembuh. Gua hanya
bisa menangis dan mengiyakan permintaan dia. Karena ada ujian lagi di besok.
Gua pamitan sama dia. Gua mencium kening dia dan dengan berat hati saat itulah
gua merasa ini terakhir kalianya gua akan melihat dia.
Dengan penuh tangis, gua pulang dan
berharap Tuhan sekali lagi memberikan keadilan untuk hidup dia. Besoknya gua
ujian terakhir dan ketika gua ingin jenguk dia, gua melihat sudah banyak orang
di kamar dia di rawat. Semua menangis dan disitulah gua tau, eva telah pergi
untuk selamanya. Gua hanya bisa tertunduk lesuh dan menangis dalam hati. Berat
rasanya harus melepas kebahagiaan sesaat yang ada dalam hidup gua. Permintaan
terakhirnya untuk di makamkan di tanah kelahirannya gua lakukan sebagai tanda
cinta terindah dalam hidup gua untuk dia.
Kini, gua menyadari bahwa. Hidup itu
sesungguhnya tidak pernah memihak kepada siapapun di dunia ini. tapi hidup itu
membuat kita hanya bisa memihak kepada satu hal, bertahan untuk hidup dengan
segala cara apapun. Eva mungkin telah berjuang hidup dengan ketidakberpihakan
hidup tapi ia berhasil membuktikan kepada gua kalau disaat akhir hidupnya, dia
benar-benar merasakan keadilan hidup sesungguhnya. Dengan cinta dan kasih
sayang murni tanpa air mata penderitaan. dia mampu mengubah dirinya yang dulu
adalah makluk hina menjadi seorang bidadari , walaupun itu hanya di hati gua,
tapi gua percaya kelak semua orang akan setuju dengan apa yang gua bilang kalau
dia adalah bidadari terakhir yang hidup di dunia ini
Saat hanya bisa mengenangnya , hanya
buku harian ini yang tersimpan dan membuat hati gua merasa mungkin jalan
terbaik dalam hidup kita adalah seperti saat ini. 30-april 2010, itulah hari
paling memilukan dalamn hidup gua dimana saat itulah gua memiliki kesempatan
untuk membaca
tulisan terakhir eva untuk gua..
To : My Lovely .....
Dear,makasih kamu udah mau jadi
pendamping akuselama ini...makasih juga udah mau jadi malaikatpenyelamat untuk
ibu aku...Andaikan kamu tau aku punya penyakit gini,aku yakin kamu pasti kecewa
trus tinggalinaku,yakin banget makanya aku ngerahasiainini
semua...maaf ya?Dear,Kamu Laki-laki paling baik yang pernah aku temuin,kamu mau
terima aku apa adanya..Aku perempuan kotor,miskin,keluarga semrawut,tapi kamu
tetep mau deket ma aku Dear,andaikan aku udah gak hidup lagi di
duniaini,kamu jangan sedih ya ? masih banyak perempuanyang lebih baik dari
aku..kamu orang baik,haruspunya pendamping yang baik juga :')Inget,jangan lagi
datang-datang ke tempat kotorgitu.setebal apapun iman kamu,pasti bisaruntuh ama
yang namanya perempuan.Dear,walau dunia kita udah beda,aku tetep ada dihati
kamu kan?janji?aku akan slalu disampingkamu,aku akan jaga kamu.......Maaf
andaislama ini aku&keluarga udah nyusahin kamu :*Goodbye.......
Semoga kamu bahagia disana eva, aku
selalu ada untuk kamu walau kita telah berbeda dalam dunia ini. dan percayalah
loe adalah bidadari terakhir dalam hidup gua,
tamat
TULISAN DAN KALUNG SERTA CINCIN
KENANGAN CINTA EVA DAN RASYA
UNTUK KEPENTINGAN NARASUMBER DAN HAK
PRIVACY MAKA NAMA SUMBER DIRAHASIAKAN,
SEMOGA KISAH INI MEMEBERIKAN
PELAJARAN UNTUK KITA UNTUK LEBIH MENGHARGAI SETIAP KEHIDUPAN
Langganan:
Postingan (Atom)